Selasa, Agustus 28, 2012

Ceritanya Insaf Dari Sesuatu Yang Buruk

Istri gue sekarang empat.

Eh, bego!

Ini bukan kalimat pembuka yang baik untuk sebuah blog.

Istri gue masih 1 ..... eh, lebih tepatnya cukup 1.

Masih di suasana bulan Syawal, gue dan keluarga mengucapkan
“Taqobbalallahu minna wa minkum wa ja’alanallahu minal aidin wal faizin” / Semoga Allah menerima (amalan-amalan) yang telah aku dan kalian lakukan dan semoga Allah menjadikan kita termasuk (orang-orang) yang kembali (kepada fitrah) dan (mendapat) kemenangan/


gambar diambil dari sini

-----------------------------------------------------------------------

Apakah kalian merindukan Ramadhan? Gue rindu.
Terutama ketika Ramadhan usai, lalu melihat kanan-kiri gue kembali ke kebiasaan lamanya : merokok. Cobaan lagi buat gue.

Gue perokok yang sedang meretas jalan menuju masa depan yang lebih baik. Kalau kalian ga ngerti maksudnya, gue lagi mencoba berhenti merokok. Kalau diingat-inget, gue pertama merokok kelas 2 atau 3 SD. Rokok yang gue hisap merek Djarum, sepanjang 3 centi, puntung rokok bekas punya orang yang gue hisap ketika acara pengajian meninggalnya kak
ak sepupu gue. Ketika gue ngerokok, sepupu-sepupu yang seumuran kagum sama gue. Mungkin di mata mereka gue keliatan macho. Ga sampe 2 menit setelahnya pantat gue ditabokin sama bokap. Nangis. Macho ilang, feminin muncul.


Kelas 3 SMA, pergaulan yang salah membuat gue kembali menjadi perokok. Kalau kata temen-temen gue dulu, ngerokok itu keren. Cewek suka cowok yang bandel. Ngerokok itu keliatan agak bandel, makanya pasti banyak cewek yang
naksir. Kampretnya, gue doang yang jomblo. Mungkin karena dulu rokoknya cuma minta doang, ga pernah beli. Itu aja kalau dikasih, kalau ga dikasih ya ngemut permen lolipop.


Kuliah, gue bergaul dengan orang-orang yang benar. Orang-orang yang punya duit buat beli rokok dan mau bagi-bagi ke temen-temen. Hehehe, di tahap ini mulai lumayan rutin ngerokok, mulai keteteran pas main basket. Ngerasa ga sehat, semester 4 gue niatin berhenti. Ga sampe 5 menit ada yang nawarin akhirnya ngerokok lagi (niatnya ga sungguh-sungguh).


Semester 6, pacar gue waktu itu sangat antipati sama cowok perokok. Semacam aktivis anti rokok, dia begitu gencar ngingetin gue buat berhenti. Tiap kali pacaran, dia selalu nyium bau mulut gue, ada bau asap apa ga. Baru nyium sedetik dia pingsan, gue lupa ga sikat gigi dari seminggu yang lalu. Pelan-pelan gue akhirnya berhenti me
rokok karena dorongan dari si do'i.

Di waktu kuliah ini gue mati-matian berhenti, gue mulai jauh-jauh dari para perokok. Tiap kali temen ngerokok, gue ngeloyor pergi. Gue ikutin saran temen, ngemil aja kalau dorongan ngrokok muncul. Seminggu ngemil, bobot gue naik 5 kilo, uang saku habis, kali ini gue ga ngemis ngerokok tapi ngemis nasi ke temen-temen.


Kerja, gue LDR sama si do'i. Kumat lagi deh ngerokoknya. Mana kerjaan gue waktu itu cukup bikin stress dan sering pulang malam ditambah lagi temen-temen gue perokok berat semua. Kerasa banget pas main futsal atau basket, ga sampe 10 menit rasanya nafas udah jebol. Padahal hampir tiap hari si do'i ngingetin buat jauhin rokok, guenya aja yang bandel.


Sampe akhirnya, pada suatu hari gue dapat kabar salah satu kerabat temen kerja gue meninggal karena kanker paru-paru dan diabetes. Perokok berat katanya, dan pecinta kopi hitam manis 3 gelas besar sehari. Disini gue mulai merenung (tetep sambil ngerokok), apa mungkin gue bakal meninggal dengan cara seperti itu ya? Pertanyaan itu kemudian makin kencang terden
gar ketika gue merokok di salah satu mall di Bandung. Ruang khusus perokoknya ditempel oleh wallpaper berupa foto-foto orang yang menderita penyakit akibat rokok. Ngeri. Terutama penyakit impoten itu. Ehehehehe.

gambar diambil dari sini

Kemudian ketika gue akhirnya menikah dengan si do'i, mulai banyak pikiran bersalah yang muncul jika akhirnya gue terus merokok. Kalau gue
merokok, nanti dia gimana dong? anak gue gimana dong? kira-kira gaji gue masih bisa buat hidupin mereka ga ya kalau gue habisin duit buat rokok melulu?


Lalu akhirnya, gue sampai pada keputusan : niat sungguh-sungguh untuk berhenti merokok. Apa bisa ya? Ya bisa. Harus bisa. Soalnya ini bukan demi gue doang. Demi banyak orang yang gue sayangi.


Silakan merokok orang dikanan-kiri saya. Saya tidak akan tergoda untuk kembali bersama kesenangan kalian.


Semoga

gambarnya diambil dari sini

3 komentar:

penyakit luka diabetes gangren mengatakan...

iya tuhh ,,,para perokok mau berhenti ngerokok kalau udah kena batu nya

sewa mobil mengatakan...

perokok pasif yang kena.. huhuhu

iklan baris gratis mengatakan...

kapan negara kita bebas rokok?